Kuliah umum Dharma Bakti Kampus (DBK) hari pertama bertempat di Ruang Sidang Lt. 1, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, pada tanggal 5 Maret 2017 pukul 08.00 hingga 11.30 WIB
Kuliah umum kali ini diberikan oleh tiga pembicara yang juga merupakan dosen-dosen Universitas Gadjah Mada,dari berbagai fakultas. Adapun materi yang disampaikan pada kesempatan kali ini meliputi:
- Ke-UGM-an
- Budaya Akademis dan Atmosfer Akademis
- Pengembangan Potensi Diri Mahasiswa
Materi 1 / Ke-UGM-an
(Drs Sindung Tjahyadi M.Hum)
Drs. Sindung merupakan salah satu dosen di fakultas Filsafat yang mengajar mata kuliah Filsafat Hukum, sekaligus menjabat sebagai kepala program studi (kaprodi) di S3 Filsafat. Pemaparan beliau mengenai sejarah UGM dan perkembangannya hingga sekarang sangatlah rinci dan detail, sehingga membuat audiens peserta DBK menjadi seperti terisap oleh waktu dan terlempar ke jaman mereka masih belia, dimana seorang bocah yang termangu-mangu sembari mulutnya ternganga tatkala dikisahkan cerita perang melawan sekutu oleh kakeknya. Kharisma dan pembawaan yang tenang dari beliau sukses membuat hadirin terkesiap dengan eloknya sejarah UGM. Adapun beberapa poin penting dari penjelasan beliau yaitu:
- 19 Desember 1949 adalah tanggal berdirinya UGM => setahun setelah invasi Belanda.
- UGM merupakan gabungan dari beberapa PT, salah satunya Universiteit Negeri Gadjah Mada.
- Berdiri atas sumbangan pemikiran, harta, dan tenaga para pejuang, pendidik, dan bangsawan yang nasionalis.
- Tanah yang digunakan UGM, Bulaksumur, Sekip, merupakan tanah sultan yang dihibahkan kepada UGM untuk kepentingan akademis
- Bahkan, Sultan HB IX merelakan Pagelaran dan Siti Hinggil digunakan untuk kegiatan perkuliahan, seperti Fakultas HESP (Hukum Ekonomi Sosial dan Politik), serta kantor
- Adapun nDalem Mangkebumen dipergunakan Fakultas Kedokteran Umum,Fakulkteran Gigi, Fakultas Farmasi, Fakultas Kedokteran Hewan, dan Fakultas Pertanian
- Geding Jetis digunakan Fakultas Teknik, dan Wijilan digunakan untuk Fakultas Sastra, Pedagogik, dan Filsafat
- Pada jaman dulu, kelas baru dimulai pukul 8, namun para mahasiswa datang berbondong-bondong memenuhi ruang kelas sejak pukul 6, hal tersebut dikarenakan pada masa itu, kuliah adalah fasilitas umum, sehingga seluruh masyarakat Jogja bisa masuk kelas tersebut, hal tersebut ditambah keterbatasan kursi pada ruang kelas, sehingga mengakibatkan kelas terisi penuh dan harus berdesak-desakan hingga beberapa mahasiswa terpaksa mengikuti kelas dari luar pintu.
- Siti Hinggil menjadi saksi bisu beberapa penobatan Honoris Clausa, seperti: a) Pemberian gelar HC pada Ir. Soekarno di tahun 1951 dalam bidang hukum. b) Pemberian gelar HC pada Ki Hadjar Dewantara di tahun 1956 dalam bidang kebudayaan. c) Pemberian gelar HC kepada kepala negara beberapa negara teteangga, seperti Raja Thailand, Kepala Negara Kamboja, serta Presiden Filipina, untuk unsur diplomatis.
- Pembangunan gedung pusat / Rektorat (kini Balairung) pada awalnya digunakan sebagai tempat belajar mengajar beberapa Fakultas seperti: Fakultas Pedagogik (1960), Fakultas Pendidikan Jasmani (1962), dan Fakultas Geografi (1963). Sementara itu, FK, FKG, dan Fakultas Farmasi masih tetap di Siti Hinggil.
- UGM ikut mendorong kembali ke UUD 1945, yang menjadi dasar Dekrit 5 Juli 1959.
- Peristiwa Malari 1974 dan Gerakan Mahasiswa 1978 merupakan beberapa bentuk protes mahasiswa UGM pada masa itu kepada pemerintahan Soeharto.
- Tahun 1985 muncul beberapa gerakan serupa, namun menggunakan tudung Kelompok Studi sebagai kedok, namun kembali dibungkam melalui UU Subversif, sehingga beberapa mahasiswa dipenjara pada 1988.
- Tahun 1997 mahasiswa turun ke jalan, menuntut harga turun.
- Tanggal 20 Mei 1998, segenap civitas akademika UGM beserta masyarakat Jogja melakukan pisowanan ageng ke Keraton, yang bertujuan menyampaikan aspirasi rakyat berupa reformasi total.
- Mengapa UGM melibatkan diri dalam dinamika perkembangan Republik? Mengapa UGM tidak boleh menempatkan diri sebagai “lembaga komersial” yang bertugas “melayani pasar”? => Karena UGM lahir dari ‘rahim’ masyarakat.
- Kejujuran adalah pilar dari keilmuan, jika pilar tersebut tidak ada, maka ilmu tersebut menjadi runtuh dan tidak berarti sama sekali.
Jati diri UGM:
- Univ. Nasional
- Univ. Perjuangan
- Univ. Pancasila
- Univ. Kerakyatan
- Univ. Pusat Kebudayaan
Materi 2 / Budaya Akademis dan Atmosfer Akademis
(Dr. Ahmad Agus Setiawan, kepala Subdirektorat Kreativitas Mahasiswa)
Dr. Ahmad Agus Setiawan, atau karib disapa Pak Aas adalah kepala Subdirektorat Kreativitas Mahasiswa, yakni direktorat yang menaungi beberapa kegiatan yang berkaitan dengan kreativitas mahasiswa, seperti Kuliah Kerja Nyata PPM (KKN-PPM), Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), dan Program Hibah Bina Desa (PHBD). Pada awal kelas, beliau menceritakan berbagai pengalamannya ketika menuntut ilmu di berbagai benua. Topik yang menjadi bahasan ialah minimnya buku rujukan / buku referensi yang ada di Indonesia, jika dibandingkan dengan di luar negeri. Beliau menceritakan betapa mudahnya mencari pranala yang dibutuhkan ketika berada di Swedia, namun ketika sudah kembali ke Indonesia, beliau menemui kesulitan dalam mencari referensi tersebut, sehingga harus minta dari kawannya di Swedia sana. Gaya bahasa dan jokes-jokes yang kerap beliau lempar membuat suasana kelas menjadi cair dan jauh dari kata tegang. Saat memasuki bahasan tentang PKM, beberapa audiens, termasuk saya, menjadi antusias sehingga tidak sempat lagi mencatat poin-poin dari pemaparan Pak Aas. Adapun beberapa poin yang berhasil tercatat adalah beberapa fungsi dari Subdirektorat Kreativitas Mahasiswa, yaitu:
- Pembentukan Komunitas UGM (Gama force, GMRT, GMAT)
- Pendampingan saat kompetisi
- Penghargaan sebagai bentuk apresiasi
- Pembuatan website kreativitas
- Pencetakan buku / buletin kreativitas
Materi 3 / Pengembangan Potensi Mahasiswa
(Fitri Damayanti Berutu S.E., S.S., M.Sc,)
Fitri Damayanti Berutu, atau akrab disapa Kak Jenko. Sebuah panggilan yang unik, mengingat nama tersebut adalah nama yang diambil dari tokoh kartun Doraemon, yang kebetulan memiliki tampilan fisik yang serupa dengan beliau. Kak Jenko mengajar di Sekolah Vokasi Jurusan Manajemen, mata kuliah Manajemen Pemasaran. Apabila dibandingkan dengan pembicara sebelumnya, pada sesi kuliah dengan Kak Jenko terasa berbeda, mengingat sebelum dimulainya kelas beliau meminta audiens untuk menyimpan perangkat komunikasinya di tas dan mematikannya, hal tersebut bukan tanpa alasan, beliau mempunyai pandangan bahwa mahasiswa masa kini proporsi waktunya habis di media sosial, sehingga jika akan diberi materi baru, mahasiswa hendaknya dijauhkan untuk sementara dari media sosial. Pembawaan beliau yang tegas dan berwibawa membuat audiens tampak tegak menyimak setiap pemaparan beliau. Walau demikian, karakternya yang humoris mampu membuat suasana kelas jauh dari kata spaneng. Meski menggunakan Powerpoint, beliau lebih senang bercerita tentang pengalamannya sebagai mahasiswa double-degree yang tentu menyita waktu dan perhatian, namun ajaibnya, keduanya berhasil diselesaikan dengan predikat cumlaude.
Inti dari kuliah Kak Jenko ialah pemaparan beliau mengenai Study Life Balance, yaitu memplot energi yang dimiliki untuk segala aspek kehidupan. Adapun Study Life Balance tersebut meliputi:
- Menemukan waktu untuk rileks
- Mengelola waktu
- Take care of yourself
- Menerima kesalahan dan kegagalan
- Kalem
- Hargai alam
- Atur batasan dalam hidup
Di akhir kelas, Kak Jenko meminta seluruh audiens menuliskan satu sifat masing-masing yang dinilai sebagai kelebihan diri sendiri pada selembar kertas, lalu membacakan dan menguraikannya kepada seluruh kelas. Walau menyita cukup banyak waktu, namun kegiatan tersebut cukup mampu menjadi penutup yang baik bagi rangkaian kegiatan Dharma Bakti Kampus hari pertama, karena diantara ±100 audiens yang hadir, ternyata ada beberapa audiens yang menuliskan kelebihan diri nya sama dengan audiens lain, sehingga menjadi bahan olok-olok Kak Jenko dan audiens yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar